MERANGIN, Visitasi pendiri Akademica News dan Rektor Universitas Muara Bungo hari kedua berlanjut ke dusun Rantau Kermas Jumat (17/2). Posko 6 terletak di dusun yang kaya potensi kopi ini adalah posko terakhir di wilayah kecamatan Jangkat.
Usai evaluasi kelompok oleh rektor Universitas Muara Bungo, Supriyono dan Wakil Rektor III, Khairun A Roni, Andriansyah memaparkan bahwa evaluasi yang dilakukan rektor sebagai salah satu proses menjadikan mahasiswa lebih detail.
Ketua Yayasan UMB berpendapat bahwa kedekatan hubungan para mahasiswa dengan para pemuda yang terlihat saat ini di lokasi Kuker begitu kuat. Diantaranya, para mahasiswa menjadi proaktif begitupun sebaliknya. Semangat kerjama ini perlu ditumbuhkan.
Andriansyah menegaskan bahwa penting untuk melakukan evalusi sebagai cara kita untuk mengukur keberhasilan program.
“Jangankan mahasiswa, dosen pembimbing lapangan, LPPM, bahkan Rektorpun harus di evaluasi. Jadi Evaluasi bukansesuatu mankutkan, tetapi sebagai alat mengukur kesesuaian merencanakan program”. Ucap Aa’ Andre.
Kondisi seperti ini Andriansyah mengingatkan bahwa para mahasiswa perlu menambah catatan-catatan yakni point-poin positif dan negatif yang terdapat di dusun Rantau Kermas menjadi bahan referensi, hal ini menjadi pertimbangan setelah program kuliah kerja nyata selanjutnya para mahasiswa diminta mampu menuangkan pengalaman-pengalaman pengabdian tersebut kedalam bentuk penelitian atau tesis.
Kuliah kerja nyata mahasiswa universitas Muara Bungo khususnya kelompok enam di dusun Rantau Kermas Kecamatan Jangkat, diharapkan dapat menggali potensi suatu dusun, dimana kecamatan jangkat memiliki potensi pertanian kopi. Potensi potensi ini dapat bermuara pada suatu badan usaha, membangun sistem manajemen usaha para petani hingga pemasaran produk pertanian dusun yang kaya potensi alam tersebut.
Andriansyah menjelaskan pada mahasiswa bahwa didalam Analisa permasalahan disuatu wilayah, tata Kelola pemerintahan desa menjadi tantangan insan akademis dalam penerapan keilmuan mereka selama ini.
Permasalahan permasalahan daerah seperti ini baik dari sektor pertanian hingga pemerintahan sebenarnya saling berhubungan dan berkaitan. Andriansyah menerangkan, Bidang keilmuan mahasiswa yang beragam di Universitas Muara Bungo tentu menjadi nilai lebih dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi instansi maupun daerah.
Dari pengalaman inilah para mahasiswa mendapat persiapan dalam menyusun tesis-tesis mereka untuk mempertajam keilmuan masing-masing.
Di satu sisi, Andriansyah mengamati perbedaan latar belakang para mahasiswa yang mampu beradaptasi antar satu sama lain hingga saling mengenal bahkan menjalin koordinasi dengan warga khususnya pemerintah dusun merupakan langkah awal dalam membuka jaringan dan Andriansyah berharap pencapaian ini dimanfaat sebaik mungkin.
Ruang lingkup tempat tinggal para mahasiswa yang berbeda-beda seperti Bungo, Tebo dan Merangin agar menyadari bahwa mereka tinggal di kabupaten kecil, dimana kebutuhan untuk penyerapan tenaga kerja itu tidak banyak seperti yang ada di kota-kota besar. Hal inilah yang menjadi tolak ukur apabila mahasiswa kelak Masuk ke kota untuk mencari kerja tergantung oleh hubungan dan relasi yang telah dibangun selama ini.
Andriansyah mengatakan bahwa pola untuk mencari peluang pekerjaan berdasarkan kemampuan mahasiswa mencari dan membangun relasi perlu diprogramkan untuk individu-individu yang telah duduk menimpa ilmu dibangku perguruan tinggi.
Selain itu, fase dan proses pengabdian yang telah terbentuk dengan waktu kurang lebih empat puluh hari tersebut tidak berhenti pada saat kuliah kerja nyata selesai. Kelompok–kelompok mahasiswa yang tersebar diberbagai wilayah harus terus terbentuk dan lebih aktif kedepannya. Pola membangun relasi dan jaringan terus dapat dilakukan melalui kelompok kukerta tersebut untuk terus saling berbagi informasi dan menjadikannya sebuah komunitas.
“Mulailah, karena sebentar lagi jenjang kalian akan semakin penuh dengan tuntutan. Tuntutan dari orang tua, tuntutan dari lingkungan, tuntutan pribadi. Muara dari kukerta ini adalah detail. kalian mau apa, itu sudah harus ada gambaran. Tapi saya yakin semua sudah punya gambaran, apa yang sudah diberikan dosen-dosen selama ini menjadi modal dasar dan dari sinilah akan menjadi gambaran kalian akan kemana dan akan seperti apa”, Ungkap Andriansyah.
Pendiri Akademica News yang juga merupakan ketua Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo tersebut mejelaskan bahwa waktu tidak akan mungkin terulang, mahasiswa jangan sampai lupa apa yang telah dikerjakan. Mengingat ada banyak faktor yang harus dipelajari berkaitan dengan kehidupan di desa. Seperti, mengapa para petani meminta bantuan untuk memasarkan kopi dan datang langsung menemui para mahasiswa kukerta ke posko.
“Alhamdulillah, ini merupakan peluang. Walaupun jurusan berbeda-beda, tapi ini peluang untuk nantinya ada gambaran akan berbuat apa. Ini dapat membuka pasar kedepannya”
Seperti yang diketahui, jangkat merupakan daerah penghasil kopi berkualitas memiliki cita rasa khas varietas kopi robusta daerah yang tinggi. Varietas Kopi Robusta dari perkebunan kopi yang telah ada semenjak zaman belanda dan tumbuh subur di kaki Gunung Masurai telah dianugerahi sebagai kopi robusta terbaik tingkat nasional dalam kompetisi pengolahan, pada Event Specialty Coffe Association of Indonesia (SCAI) Expo 2018, di hotel grand inna Bali. Pada tahun berikutnya, di kompetisi event SCAI 2019, di Ibis hotel Bandung, kopi Jangkat kembali meraih penghargaan sebagai kopi robusta terbaik tingkat nasional.
Potensi kopi serampas yang sudah cukup dikenal membuat Andriansyah mendorong mahasiswa agar dapa membaca peluang bisnis yang terhampar di depan mata. Andriansyah meminta para mahasiswa bisa memulai dengan mendata berapa jumlah panen kopi. hal ini untuk persiapan ketika kebutuhan permintaan pasar petani memiliki stok yang cukup untuk memenuhi kuota.
Hasil panen kopi jangkat khususnya Serampas yang telah diekspor ke negara-negara Eropa seperti belgia menjadi sorotan bahwa produk daerah Indonesia sendiri bisa menjadi rajanya apabila dikelola dengan baik dan tersistem secara benar.
“Kopi serampas ini contoh peluang usaha yang besar, lagi buming orang ingin minum kopi. Seperti Starbucks, itu menggunakan bahan biji kopi dari kerinci. Jadi, kalau saya minum kopi di Jakarta, saya itu sebenarnya minum kopi Kerinci. Ya, saya bilang ini kopi dari dusun saya. Nah, seperti inilah yang menjadi modal dasar dan tinggal praktek-praktek apa yang didapat”. Jelas Ketua Yayasan yang telah lama mengarungi dunia bisnis ini.
Potensi kopi seperti ini, bagi putra Zulfikar Achmad adalah bentuk potensi jaringan-jaringan usaha yang tidak boleh putus. Bagi Andriansyah, kebiasaan yang telah dianggap lumrah selama ini dimana mahasiswa begitu kerap mengakhiri proses pengalaman di lapangan tanpa tindak lanjut ke depan. Fenomena mahasiswa usai program Kuliah Kerja Nyata, lalu menikah dan tidak memiliki usaha mandiri bisa dapat diubah.
“Semua harus sudah punya program masing-masing. Sambil buktikan dulu pada saat ini, selesaikan program yang ada”. Tutup putera Pendiri Universita Muara Bungo itu.
Usai perjalanan yang panjang dari Bungo, rasa lelah membuat rombongan menyudahi pertemuan selama dua jam lebih tersebut dengan berfoto bersama. Rasa ceria menguar oleh pengalaman tak terlupakan dari kunjungan berkesan dan menjadi sejarah pertama kalinya Ketua Yayasan Universitas Muara Bungo berkunjung ke Posko mahasiswa Kukerta.
Tim Liputan: HB, MJ.
![]() Minggu, 01 Okt 2023, 19:44:45 WIB, Dibaca : 49 Kali |
![]() Jumat, 18 Agu 2023, 09:33:25 WIB, Dibaca : 208 Kali |
![]() Senin, 14 Agu 2023, 12:56:55 WIB, Dibaca : 238 Kali |